Bukan Soulmate ? (Galau PreMarried part 1)


Kamu percaya gak sih dengan namanya 'Soulmate'?
OK, lebih gampangnya mungkin pertanyaannya diganti dulu deh, percaya gak dengan 'Karma'?

Well, saya tidak. ^_^ Karena dalam Islam tidak ada yang namanya 'reinkarnasi' (itu lho, yang kayak film2 Cina jaman dulu, nanti mati trus lahir lagi, dst) dan Islam mengajarkan bahwa sesungguhnya baik buruk suatu perbuatan telah dicatat oleh para malaikatNya, dan tiap-tiap perbuatan akan mendapatkan ganjaran yang sesuai dariNya. Ganjarannya seperti ap,a itu bisa berupa kemuliaan/kemudharatan alias ganti/imbalannya dalam kehidupan di dunia, atau ditunda untuk diberikan pada kehidupan akhirat nanti. Sehingga saya lebih percaya pada ungkapan "apa yang kita tanam, itu yang kita tuai", yang mana berkorelasi dengan "tidak akan berubah nasib suatu kaum, apabila tidak dari tiap-tiap dari mereka mengusahakannya". Yup, itu semua bagian dari ikhtiar dan kembali kepada niat diri kita masing-masing, bukan karena dosa/amal oleh seseorang yang disebut kita di kehidupan sebelumnya (yang mana kita berpikir melakukannya pun tidak, kan gak bertanggung jawab banget dong kita jadinya sama diri sendiri..).




Terus, gimana dengan soulmate sih? Yah, soulmate itu klo dibaca pada beberapa referensi, mengatakan bahwa 'pasangan kita dari kehidupan hidup kita sebelumnya'. Jadi karena dalam Islam kita gak hidup di dunia lebih dari sekali, saya pada akhirnya jadi gak percaya. Klo jodoh sih saya baru percaya, karena jodoh kan di tangan Tuhan (kita yang harus berusaha meraihnya, hehehe).

Nah, jadi gimana, percaya gak dengan bahwa hanya ada satu org (atau beberapa) yang secara unik, cocok, pas, klik, cliche, dengan kita? Ternyata jawabnya lumayan banyak yang percaya, hehehe... Termasuk saya sih (pada mulanya). Sebagian besar orang berpendapat bahwa takdir yang romantis itu ada dan harus selalu begitu. Pertanyaan selanjutnya, 'it works' gak sih? Apakah dengan 'soulmate' itu akhirnya bakal 'happily ever after'?



Ternyata... Ada aja ilmuwan yang 'iseng' melakukan penelitiannya yang ternyata sangat bermanfaat. Ada penelitian yang mengevaluasi ttg dampak kepercayaan pada 'soulmate' dengan kualitas hubungan yang sebenarnya. Lebih khususnya penelitian ini membandingkan tentang orang yang percaya dengan adanya 'soulmate' (hey, sekali lagi, soulmate sama jodoh itu beda ya.. jodoh pasti, soulmate itu kepercayaan.. baca lagi paragraf awal) dengan orang yang percaya pada hubungan yang bertumbuh (romantic growth).

Soulmate : keyakinan bahwa orang tsb adalah "yang dimaksudkan" untuk satu sama lain

Romantic Growth : keyakinan bahwa hubungan itu dibangun dengan usaha dan waktu (moto orang Jawa ini, hihi)


Hasil evaluasinya menunjukkan bahwa:

1.  SOULMATE
Orang yang percaya pada soulmate (belahan jiwa) biasanya akan mencari reaksi emosional yang positif dan kompatibilitas awal dengan seseorang Mereka percaya orang tsb "klik" dan dimaksudkan untuk mereka, dan misalkan tidak, mereka harus terus maju. Akibatnya, keyakinan tsb ternyata cenderung mendorong para pencari 'soulmate' menjadi sangat passionate dan puas dengan mitra pada awalnya, (ketika keadaan masih kompatibel, hihi). Namun, ketika ada masalah (yang pasti muncul) orang yang percaya dgn belahan jiwa tsb sering tidak dapat mengatasi dengan baik dan malah memilih meninggalkan hubungan, bukan mempertahankannya. Dengan kata lain, keyakinan bahwa adanya belahan jiwa (yang harus ideal dan kompatibel) justru memotivasi individu untuk menyerah ketika suatu hubungan tidak sempurna. Mereka hanya mencari tempat lain untuk "benar" cocok dengan mereka. Akibatnya, hubungan itu yang harusnya jelas, untuk dijaga dan mencari kepada ridhaNya malah cenderung intens, berjumlah banyak 'percobaan cinta' dan waktunya pendek2, seringnya dengan romansa berapi2 dimana-mana.

2. ROMANTIC GROWTH
Orang yang percaya dalam perlunya usaha/pertumbuhan romantika hubungan (*maaf ya bahasanya agak tinggi, udah malam nih) biasanya merupakan orang yang dapat bekerja dan tumbuh dengan pasangan untuk menyelesaikan konflik yang muncul. Mereka percaya bahwa hubungan dapat berkembang dengan adanya usaha/kerja keras (wow) dan kompromi, bahkan dalam situasi sulit. Akibatnya, mereka cenderung kurang passionate dan puas dengan pasangan pada awalnya. Org tsbt  tidak memiliki intens yang sama untuk pertumbuhan/kadar cintanya, respon 'euphoria' awal untuk berhubungan dengan pasangan. Namun, ketika masalah muncul, mereka termotivasi untuk menyelesaikannya dan tetap berkomitmen untuk pasangannya. Sehingga, hubungan mereka cenderung lebih lama dan lebih memuaskan dari waktu ke waktu. Daripada menolak pasangan hanya karena perbedaan pendapat kecil, mereka akan bekerja sama, berkembang, dan menumbuhkan hubungan yang memuaskan.
Penelitian2 selanjutnya ternyata mendukung hasil ini. Terutama, mereka yang percaya pada belahan jiwa ternyata cenderung kurang berkomitmen terhadap pasangan, terutama ketika ada kesulitan dan badai menghadang (halah). Juga, orang tersebut seringkali lebih cemas dalam hubungan dan seringkali sulit/kecil kemungkinannya untuk memaafkan pasangannya. Secara keseluruhan, ketika keadaan menjadi sulit dengan pasangan, atau membutuhkan pekerjaan, pemercaya belahan jiwa cenderung untuk berhenti dan mencari yang cocok berikutnya yaitu yang lebih "sempurna".
---- 
Jadi, teman kencan jangka pendek, itulah orang-orang yang biasanya percaya dengan soulmate. Menemukan kesamaan awal dan seperti terkoneksi sehingga merasa seperti ter'sihir' (waduh, repot ini). Awalnya ini akan menjadi permulaan yang sangat baik (karena ada keterikatan emosional) setidaknya selama ilusi kesempurnaan itu berlangsung (yang mana cuma sementara).
Karena dalam semua hubungan NYATA, bagaimanapun, perselisihan, konflik, dan ketidakcocokan akan muncul kawan. Pada akhirnya, tidak ada yang sempurna - atau cocok untuk pasangan. Dibutuhkan kerja, pertumbuhan, dan mengubah untuk menjaga sebuah hubungan akan dan memuaskan dari waktu ke waktu. Ketika itu terjadi, orang yang percaya soulmate sering menjadi marah, kecewa, dan tidak bertahan.
Jadiiiiii, jika ada seorang individu yang menemukan dirinya/orng terdekatnya berulang kali jatuh cinta dengan pasangan (yang mgkn awalnya terlihat "sempurna") lalu hanya menjadi kecewa dan melepaskan mereka segera setelah itu, keyakinan mereka terhadap belahan jiwa mungkin harus disalahkan. Karena bisa jadi itu yang menyebabkan mereka untuk menyerah ketika ada hal-hal yang tidak sempurna. Mungkin, itu yang memotivasi diri mereka sendiri untuk tidak kompromi, bekerja, atau melakukan perubahan, ketika orang lain tidak mencintai mereka seperti apa yang mereka mau/harapkan. Pada akhirnya, itu terus-menerus dapat mendorong mereka untuk percaya bahwa hidup akan lebih memuaskan dengan orang lain dan tanpa henti mencari pasangan yang lebih kompatibel, daripada berusaha menyesuaikan sehingga hubungan bertumbuh ke arah yang lebih baik. Sedih banget kan, sebuah keyakinan ttg belahan jiwa malah dapat mencegah/mempersulit seseorang menemukan hubungan yang sebetulnya sangat idamkan (dengan pada awalnya berpikir bahwa mereka ditakdirkan untuk memiliki). Hiks...  V_V

Oh ya sumber tentang soulmate yang memberi pencerahan ini ada di sini ya (kalau ada yang penasaran)
^_^

Jadi, untuk benar-benar memiliki hubungan yang memuaskan, seseorang tidak hanya harus menyerah mencari pasangan "sempurna", tetapi juga bersedia mengakui bahwa mereka tidak selalu "sempurna". Hanya dengan itu kemudian dapat dua orang tersebut akan dapat bekerja sama, tumbuh, berkembang, dan memenuhi kebutuhan masing-masing dalam jangka panjang.


“…Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisaa’: 19)
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216)


Subhanallah, ternyata Islam sudah dengan demikian rupa mengantisipasi hal ini dengan memberikan tata cara dan semua rambu-rambunya dalam Al-Quran. "Jauhkan diri dari bayang-bayang semu, dari cinta-cinta yang tak pasti, karena cinta sesungguhnya hanya ada ketika pernikahan" itu benar adanya (saya pikir kan awalnya judul buku aja *cuma sempet baca dikit dulu, tapi beneran bagus*). Kenapa? Karena orang-orang yang sudah siap menikah dan memilih untuk menikah, dia sudah siap untuk memupuk dan membangun sebenar-benarnya hubungan (secara niat, bila benar, *gak bahas pernikahan artis lho ya*). Dan itu dijelaskan sejelas-jelasnya, karena janji yang disebutkan orang yang menikah langsung dihadapan Allah, atas AsmaNya, bukan janji-janji palsu, janji2 kalau inget, atau sekedar janji tinggallah janji..hehe

" Apabila dia pilihanmu, pilihlah dengan jalan yang baik
  Apabila dia pilihanmu, jalanilah dengan cara yang baik
  Apabila dia pilihanmu, yakinlah dia jodoh yang ditetapkan Allah untukmu 
  setelah sebelumnya engkau memohon bermunajat untuk menetapkan hati
  setelah sebelumnya engkau meminta hidayah dan rezekiNya, dan
  tepat setelah engkau berjanji dihadapanNya, bahwa pada akhirnya,
  kau memilih dia untuk menemanimu hingga nanti.. " -Riani-
 slighted poem by me (klo copas jangan lupa nama y, hehe)

Semoga bermanfaat ya teman. Coba aja saya dari dulu mencari tau tentang ini, mungkin saya gak akan terjebak oleh jebakan betmen tentang soulmate2an. Tapi, lebih baik tahu sekarang, daripada nanti.. Alhamdulillah, semoga juga semakin memantapkan niat dan ikhtiar teman-teman dalam menyempurnakan separuh diennya. Semoga semakin mantap dengan pilihannya, semoga semakin siap dalam menghadapi pernikahannya. Aamiiin... :) :) :)   

PS : Semoga ga galau lagi mikirin 'soulmate' nya, hahahahaha (talk to myself) *wink

 

Comments

OWMO said…
hooo....
sangat mencerahkan pengetahuan.

very agreed
:)

Popular Posts